Seringkali saya mengemudikan mobil saya pulang ke rumah dari kantor dan tidak ingat perjalanan yang saya lalui. Saya sampai dengan selamat, tapi saya tidak ingat sebagian besar dari jalan-jalan dan belokan-belokan yang saya lewati untuk sampai ke rumah. Rutinitas pagi hari saya juga sama. Saya belum sepenuhnya "sadar" sampai kira-kira 15 menit setelah saya mandi. Sampai detik itu, otak saya secara otomatis menginstruksikan tubuh saya untuk bergerak mengikuti rutinitas pagi saya tanpa kesadaran seutuhnya dari saya. Jika pasta gigi atau shampoo saya tidak terletak di tempat biasanya, hati-hati! Saya pernah bermaksud mengambil shampoo tapi yang saya ambil malah krim untuk bercukur dan mengoleskannya pada rambut saya lebih dari sekali.
Fenomena ini tidak pernah mengganggu saya sebelumnya, sampai suatu hari setelah kebaktian Minggu berakhir saya tiba-tiba tersadar bahwa saya juga menjalani sistem otomatis dalam kehidupan rohani saya.
Selama kebaktian itu pembicaranya menunjukkan sebuah film pendek. Itu adalah sebuah kisah dari keluarga miskin di Kamboja. Hanya itu yang bisa syaa katakan pada Anda tentang videonya, karena hanya itu yang saya ingat. Saya ingat saat lampu gereja mulai meredup dan filmnya mulai diputar. Saya kira pikiran saya waktu itu sudah mengembara kemana-mana, karena saya tidak dapat mengingat apapun sampai lampu mulai menyala seperti semula dan videonya berakhir. Saya tiba-tiba tersadar saat saya sedang bertepuk tangan bersama-sama dengan penonton yang lain.
Bagaimana itu bisa terjadi? Saya bahkan tidak ingat bagaimana akhir dari film itu, dan saya juga tidak tahu bagaimana prosesnya otak saya memerintahkan tangan saya untuk memberikan respon dengan ikut bertepuk tangan. Saya sadar bahwa saya (lagi-lagi) telah menjalani sistem otomatis, hanya "mengalir" mengikuti yang lain. Bagi orang lain, mungkin kelihatannya saya benar-benar telah menonton video itu dan menikmatinya bersama-sama dengan mereka, tapi sebenarnya saya telah melewatkan seluruh video itu.
Insiden itu membuat saya berpikir seberapa sering saya menjalani hubungan saya dengan Tuhan berdasarkan sistem otomatis ini...
Membaca alkitab? (tanda centang)
Berdoa? (tanda centang)
Pergi ke gereja minggu ini? (tanda centang)
Memberi persepuluhan? (tanda centang)
Selama saya berjalan dalam kehidupan saya sebagai orang percaya, apakah saya benar-benar mengalami kehidupan itu ataukah saya hanya sekedar melewatkannya begitu saja? Apakah saya benar-benar mendengarkan apa yang Dia katakan pada saya setiap hari? Ataukah saya hanya sekedar menampakkan diri dan segera berlalu sehingga saya bisa memberi tanda centang pada daftar hal-hal yang harus saya lakukan setiap harinya?
Menjalani hidup dengan sistem otomatis bisa berbahaya. Dalam rutinitas pagi hari mungkin itu hanya menyebabkan iritasi ringan. Dalam mengemudikan kendaraan itu jelas tidak direkomendasikan. Tapi dalam kehidupan rohani itu bisa menyebabkan masalah-masalah yang jauh lebih besar. Jika saya tidak benar-benar sadar untuk mendengar apa yang Tuhan ingin katakan pada saya, bagaimana saya bisa tahu apakah saya sedang melakukan kehendakNya atau tidak? Saya juga tidak bisa menjadi makin dekat denganNya, atau menjadi lebih seperti Dia, jika saya hanya sekedar "mengalir" dengan sistem otomatis.
Dalam pembahasan Alkitab di gereja saya baru-baru ini, kami mendiskusikan bagaimana Tuhan sering menggunakan badai dalam kehidupan kita untuk membangunkan kita dan mendapatkan perhatian kita. Karena seringkali kita tidak sepenuhnya sadar sampai sesuatu mengganggu dunia kita yang tenang dan membawa kita pada keterbatasan diri kita dan juga mengganggu rutinitas kita yang nyaman, sehingga kita dapat sepenuhnya sadar dalam hubungan kita denganNya. Selama video itu diputar (yang akhirnya benar-benar saya tonton secara sadar), Henry Blackaby mengatakan bahwa Tuhan sering menggunakan badai kehidupan untuk berbicara pada kita karena kita belum dapat mengerti atau mendengar pesanNya dengan cara-cara yang lain.
Itulah sebabnya mengapa menjalani kehidupan rohani kita dengan sistem otomatis itu sangat berbahaya. Bukan hanya kita kehilangan keintiman yang dalam dengan Tuhan, tapi jika kita tidak mendengar atau mengerti pesanNya, Tuhan akan menemukan cara lain (dan mungkin cara itu tidak menyenangkan) untuk mendapat perhatian kita.
Video yang saya lewatkan di kebaktian itu adalah panggilan yang membangunkan saya. Mulai saat itu saya ingin benar-benar sadar dalam setiap aspek kehidupan saya, terutama kerohanian saya. Saya tidak mau menunggu Tuhan mengambil hal-hal yang lebih drastis untuk mendapatkan perhatian saya. Bagaimana dengan Anda? Apakah kehidupan kerohanian Anda menjadi hanya sekedar rutinitas daripada sebuah hubungan yang bertumbuh dengan Tuhan? Jika iya, matikan sistem otomatis Anda dan temuilah Tuhan dengan cara yang segar!
Sumber : cbn